Selasa, 01 Juni 2010

Peringatan Hari Lahir Pancasila


FAZAR BAKTI
Koresponden Pemerintahan & Politik
WASPADA ONLINE

JAKARTA - Peringatan hari lahir Pancasila ke-65 pada 1 Juni 2010, ditandai dengan dua momentum bersejarah yakni, dalam bidang pemerintahan dan politik.

Dalam pemerintahan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato khusus untuk memperingati hari lahir simbol negara Indonesia tersebut. Inilah kali pertama, seorang presiden Republik Indonesia memberikan pidato khusus sejak pemerintahan orde baru.

Namun, momen bersejarah yang paling disorot dalam penyampaian pidato yang turut dihadiri sejumlah pejabat maupun mantan pejabat negara tersebut adalah kehadiran mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, di gedung DPR/MPR-RI.

Meski bisa berdalih mendampingi sang suami, yang juga merupakan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Taufik Kiemas, optimisme dan pesimisme bersimpang siur bilakah kedua politisi senior beda aliran tersebut akan akur kembali.

Ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menilai bahwa pertemuan antara Presiden SBY dengan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dalam peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni merupakan rekonsiliasi simbolik.

"Pertemuan tokoh ini minimal sebagai rekonsiliasi simbolik. Kalau bisa dilakukan dengan baik saya kira ini bagian momentum sejarah," ujar Anas, di Jakarta.

Menurutnya, kesediaan Mega tersebut telah menjadi sinyal tidak resmi bahwa konflik diantara keduanya mulai menurun.

Namun, berseberangan dengan opini Anas, analis politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ahmad Taufan Damanik, berpendapat bahwa kedatangan Mega di gedung DPR/MPR-RI untuk menghormati almarhum ayahnya Presiden Indonesia I, Soekarno sebagai deklarator lahirnya Pancasila.

"Saya ragu SBY-Mega dapat akur kembali. Memang momen hari lahir Pancasila baik sebagai ajang silaturahmi. Namun, persaingan politik diantara keduanya tidak akan berubah, terutama dari kubu Mega," ujar Ahmad kepada Waspada Online, sore ini.

Analis yang juga dosen Ilmu Politik di USU itu menjelaskan, bahwa kontrak politik yang telah diikrarkan bersama partai masing-masing tidak akan berubah hanya karena telah bersedia bertemu.

Sebelumnya, SBY dan Partai Demokrat telah berupaya menggamit Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) agar beringsut dari kursi oposisi. Lobi tersebut berhasil menyusupi lingkaran dalam PDI-P sendiri dengan diangkatnya Ketua DPP PDI-P Taufik Kiemas sebagai ketua MPR.

Acara peringatan lahirnya Pancasila di kompleks gedung DPR/MPR-RI diisi oleh pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang untuk pertama kalinya diprakarsai oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR-RI).

Dalam pidatonya SBY langsung menyapa dan mengucapkan terimakasih kepada mantan Presdien RI Megawati Soekarno Putri. "Yang saya hormati, Ibu Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia kelima," ucap SBY mengawali pidatonya.

Sapaan akrab oleh SBY tersebut langsung disambut meriah dengan tepuk tangan oleh seluruh para undangan yang hadir dalam komplek DPR/MPR RI.

Setelah selesai berpidato, sebelum meninggalkan ruangan acara, SBY juga  mendatangi dan bersalaman dengan Megawati, lalu SBY yang didampingi oleh Ibu Negara, Ani Yudhoyono juga menyalami Ketua MPR Taufiq Kiemas dan Wakil Presiden Boediono. Isteri SBY, Ani Yudhoyono terlihat juga menyalami dan bersinggungan pipi dengan Mega.

Editor: ANANTA POLITAN BANGUN
(dat01/wol-mdn/tvone)


Tidak ada komentar: