Selasa, 29 Desember 2015

FBI Merilis Data Teroris

Biro Inteligen Federal Amerika Serikat (FBI) merilis data terkait kasus terorisme yang terjadi di Amerika Serikat. Sejak 1980, hampir 94 persen serangan teroris ternyata banyak dilakukan oleh kalangan non-muslim.
Hal ini bertolak belakang dengan anggapan selam aini yang sering mempersalahkan warga muslim setiap kali terjadi serangan teror di belahan dunia manapun. Fenomena ini semakin meningkat terutama sejak tragedi 9/11 di Amerika. Aksi terorisme kerap dihubungkan dengan muslim dan Islam.
Sejak serangan Paris pada 13 November dan penembakan di San Bernardino, California, kefanatikan, kebencian, diskriminasi, dan kekerasan terhadap muslim meningkat sampai tahap yang berbahaya.
Di tengah kebencian tersebut, FBI justru menyebut serangan teror yang terjadi di Amerika lebih banyak dilakukan oleh orang-orang latin dibandingkan muslim.
Selain itu, Eropa telah mengalami 1.000 kasus serangan teror dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kurang dari dua persen dari jumlah tersebut dilakukan muslim, berdasarkan laporan Huffington Post.
Sementara itu, muslim hanya membunuh kurang dari 0,0002 persen dari total kasus pembunuhan di Amerika sejak serangan 11 September 2001. Ini didasarkan data kajian 'Terorisme Muslim-Amerika 2013' yang dilansir oleh Universitas Carolina Utara.
"AS mengalami sekitar 14.000 kali pembunuhan pada 2013. Sejak 9/11, aksi terorisme muslim-Amerika diklaim menelan 37 jiwa, sementara ada 190.000 pembunuhan sepanjang periode tersebut," sebut kajian tersebut.
Berdasarkan data Organisasi Penghargaan Nobel, hampir separuh dari 12 Penghargaan Nobel Perdamaian dianugerahkan kepada para tokoh muslim.
Hubungan Islam dengan terorisme meningkatkan level intoleransi dan kebencian terhadap muslim di seluruh dunia.
Usai penembakan di San Bernardino, Presiden Barack Obama mendesak seluruh warga AS untuk menahan diri dan tidak menyalahkan muslim dan Islam. Dia juga mengingatkan, ISI dan organisasi teror lainnya tengah berusaha memicu perang lain antara Barat dengan Islam serta membuat masyarakat khawatir.
Sumber: moroccoworldnews.com
Dream - Biro Inteligen Federal Amerika Serikat (FBI) merilis data terkait kasus terorisme yang terjadi di Amerika Serikat. Sejak 1980, hampir 94 persen serangan teroris ternyata banyak dilakukan oleh kalangan non-muslim.
Hal ini bertolak belakang dengan anggapan selam aini yang sering mempersalahkan warga muslim setiap kali terjadi serangan teror di belahan dunia manapun. Fenomena ini semakin meningkat terutama sejak tragedi 9/11 di Amerika. Aksi terorisme kerap dihubungkan dengan muslim dan Islam.
Sejak serangan Paris pada 13 November dan penembakan di San Bernardino, California, kefanatikan, kebencian, diskriminasi, dan kekerasan terhadap muslim meningkat sampai tahap yang berbahaya.
Di tengah kebencian tersebut, FBI justru menyebut serangan teror yang terjadi di Amerika lebih banyak dilakukan oleh orang-orang latin dibandingkan muslim.
Selain itu, Eropa telah mengalami 1.000 kasus serangan teror dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kurang dari dua persen dari jumlah tersebut dilakukan muslim, berdasarkan laporan Huffington Post.
Sementara itu, muslim hanya membunuh kurang dari 0,0002 persen dari total kasus pembunuhan di Amerika sejak serangan 11 September 2001. Ini didasarkan data kajian 'Terorisme Muslim-Amerika 2013' yang dilansir oleh Universitas Carolina Utara.
"AS mengalami sekitar 14.000 kali pembunuhan pada 2013. Sejak 9/11, aksi terorisme muslim-Amerika diklaim menelan 37 jiwa, sementara ada 190.000 pembunuhan sepanjang periode tersebut," sebut kajian tersebut.
Berdasarkan data Organisasi Penghargaan Nobel, hampir separuh dari 12 Penghargaan Nobel Perdamaian dianugerahkan kepada para tokoh muslim.
Hubungan Islam dengan terorisme meningkatkan level intoleransi dan kebencian terhadap muslim di seluruh dunia.
Usai penembakan di San Bernardino, Presiden Barack Obama mendesak seluruh warga AS untuk menahan diri dan tidak menyalahkan muslim dan Islam. Dia juga mengingatkan, ISI dan organisasi teror lainnya tengah berusaha memicu perang lain antara Barat dengan Islam serta membuat masyarakat khawatir.
Sumber: moroccoworldnews.com
Dream - Biro Inteligen Federal Amerika Serikat (FBI) merilis data terkait kasus terorisme yang terjadi di Amerika Serikat. Sejak 1980, hampir 94 persen serangan teroris ternyata banyak dilakukan oleh kalangan non-muslim.
Hal ini bertolak belakang dengan anggapan selam aini yang sering mempersalahkan warga muslim setiap kali terjadi serangan teror di belahan dunia manapun. Fenomena ini semakin meningkat terutama sejak tragedi 9/11 di Amerika. Aksi terorisme kerap dihubungkan dengan muslim dan Islam.
Sejak serangan Paris pada 13 November dan penembakan di San Bernardino, California, kefanatikan, kebencian, diskriminasi, dan kekerasan terhadap muslim meningkat sampai tahap yang berbahaya.
Di tengah kebencian tersebut, FBI justru menyebut serangan teror yang terjadi di Amerika lebih banyak dilakukan oleh orang-orang latin dibandingkan muslim.
Selain itu, Eropa telah mengalami 1.000 kasus serangan teror dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kurang dari dua persen dari jumlah tersebut dilakukan muslim, berdasarkan laporan Huffington Post.
Sementara itu, muslim hanya membunuh kurang dari 0,0002 persen dari total kasus pembunuhan di Amerika sejak serangan 11 September 2001. Ini didasarkan data kajian 'Terorisme Muslim-Amerika 2013' yang dilansir oleh Universitas Carolina Utara.
"AS mengalami sekitar 14.000 kali pembunuhan pada 2013. Sejak 9/11, aksi terorisme muslim-Amerika diklaim menelan 37 jiwa, sementara ada 190.000 pembunuhan sepanjang periode tersebut," sebut kajian tersebut.
Berdasarkan data Organisasi Penghargaan Nobel, hampir separuh dari 12 Penghargaan Nobel Perdamaian dianugerahkan kepada para tokoh muslim.
Hubungan Islam dengan terorisme meningkatkan level intoleransi dan kebencian terhadap muslim di seluruh dunia.
Usai penembakan di San Bernardino, Presiden Barack Obama mendesak seluruh warga AS untuk menahan diri dan tidak menyalahkan muslim dan Islam. Dia juga mengingatkan, ISI dan organisasi teror lainnya tengah berusaha memicu perang lain antara Barat dengan Islam serta membuat masyarakat khawatir.  


Sumber: moroccoworldnews.com

Senin, 28 Desember 2015

Renungan Natal Pendeta Besar Katolik Rusia




Dmitri Smirnov yang merupakan seorang Imam Besar Katolik Ortodoks menyampaikan sebuah khutbah gereja yang sangat menggemparkan di depan ratusan jemaatnya. Dalam khutbahnya tersebut, dia mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik pemeluk Islam.



Berikut khutbah yang disampaikan oleh Dmitri Smirnov:

Kalian lihat, ketika umat Islam merayakan hari besar keagamaannya, tidak satu pun orang yang berani melewati mereka, karena di seluruh dunia di masjid-masjid dan jalan-jalan kota di padati jutaan ribu umat Islam yang sedang bersujud kepada Tuhannya.

Saksikanlah, barisan jutaan umat manusia yang beribadah dengan sangat teratur dan mengikuti shaf mereka masing-masing, dan hal itu tidak perlu diajarkan. Mereka berbaris dengan tertib tanpa harus di perintah.

Lalu dimana kalian bisa melihat pemeluk Kristen seluruh dunia, bisa beribadah bersama? Dan hal itu tidak ada dalam Kristen, kalian tidak akan pernah melihatnya.

Lihatlah mereka, orang Muslim kerap membantu dengan sukarela tanpa berharap imbalan, tapi pemeluk Kristen malah sebaliknya.

Kalian tanyakan pada wanita tua itu (sambil menunjuk wanita yang lumpuh yang berada di gerejanya). Menurut wanita tua itu, seorang pengemudi Muslim sering menyediakan jasa transportasinya untuk mengantarnya ke gereja di Moskow.

Dan setiap wanita tua itu ingin memberinya upah, tapi pengemudi Muslim selalu menolaknya dengan alasan bahwa Islam melarang mengambil upah pada wanita lansia, jompo, dhuafa dan anak-anak yatim di berbagai panti dan yayasan.

Dengarkanlah persaksiannya, padahal wanita tua itu bukan ibu atau kerabatnya, tapi pengemudi Muslim mengatakan dalam Islam wajib menghormati orang yang lebih tua, apalagi orang tua yang lemah dan tak berdaya tersebut.

Keikhlasan pribadi pengemudi Muslim tersebut tidak ada ditemukan dalam pemeluk Kristen yang mengajarkan kasih, tapi pengemudi Kristen bisa tanpa belas kasih meminta upah atas jasa transportasinya pada wanita tua itu. Dia mengatakan layak mendapat upah karena itu adalah profesinya sebagai jasa transportasinya.

Seorang Muslim justru lebih dekat dengan Sang Mesiah, tapi orang Kristen hanya ingin uang. Apakah kalian tidak merasakan?

Bagaimana dalam prosesi penebusan dosa, siapa saja harus membayar kepada pendetamu, entah itu miskin atau manula, wajib memaharkannya sebagai ritual pengampunan dosa.

Saksikan juga, seorang Muslim tidak tertarik untuk mngambil upah pada orang-orang lansia.

Mereka begitu ikhlas dengan sukarela membawakan barang-barang serta belanjaan wanita tua itu. Sampai sang wanita tua itu hendak berdoa ke gereja, sang pengemudi Muslim setia antar jemput wanita tua itu.

Inilah kenapa saya mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik mayoritas pemeluk Islam dan negeri ini akan mnjadi milik Islam. Kalian lihat pribadi yang berbudi luhur dan santun, mampu membuat dunia tercengang, ternyata akhlak Muslim lebih mulia daripada jemaat Kristen.

Kalian mendengar bahwa Islam dituduhkan sebagai agama teroris, tapi itu hanya isu belaka yang pada kenyataannya umat Islam lebih mengedepankan tata krama serta kesopanan.

Walau mereka di fitnah sebagai teroris, tapi populasi jumlah mualaf di Eropa dan Rusia makin ramai berdatangan ke tempat ibadah orang Muslim untuk memeluk Islam, karena para mualaf tahu betul bahwa Islam tidak sekejam yang dunia tuduhkan.

Sekarang dan selamanya, masa depan Rusia akan menjadi milik umat Islam. Di masa depan adalah kembalinya kejayaan Islam. Lihat populasi Muslim di Rusia, telah berjumlah 23 juta dan pemeluk Kristen mngalami penurunan menjadi 18 juta, lalu sisa yang lainnya masih tetap komunis.

Ini sebuah fakta bahwa Islam sekarang menjadi agama terbesar di Rusia. Di utara bekas pecahan negara Uni Soviet mayoritas Muslim yaitu Republik Chechnya, Tarjikistan, Kajakhstan, Uzbeckistan dan Dagestan. Lalu umat Islam telah menjamah di kota-kota besar Rusia termasuk Moskow.

Imam Besar mengakhiri khutbahnya dan turun ke mimbarnya dengan mata yang berair, di mana para jemaatnya masih terpaku dan haru, tidak menyangka seorang Imam Besar Katolik bisa mengagungkan orang Muslim.

Sebagian jemaat pun ada yang menangis melihat bagaimana cara ajaran Islam yang ternyata mengajarkan etika berbudi luhur dan tidak layak sama sekali di cap sebagai “teroris”.

Subhanallah… Meski hal itu disampaikan oleh seseorang yang bukan muslim, namun hal ini membuktikan bahwa di dalam Islam diajarkan tentang akhlak mulia, saling mengasihi, dan toleransi. Hal ini juga membuktikan bahwa yang dikatakan orang-orang yang menganggap muslim adalah “teroris” itu sama sekali tidak benar.

Sumber : Muslimjuara.org

Sabtu, 26 Desember 2015

Siapakah Sebenarnya Yang Teroris?


Perang Vietnam merenggut jutaan nyawa rakyat Vietnam. Ini merupakan pengorbanan rakyat Vietnam melawan agresi negara imperialis terkuat di dunia, Amerika Serikat.
Perang tersebut berlangsung dari tahun 1955 hingga tahun 1975. Di Vietnam, perang tersebut dinamai ‘perang melawan AS untuk menyelamatkan bangsa’.
Amerika Serikat, yang memiliki senjata berteknologi paling maju dan senjata kimia pada saat itu, melakukan kekejaman mengerikan yang masih terus berdampak terhadap rakyat Vietnam hingga hari ini.
  1. Lebih dari 2 juta rakyat sipil Vietnam terbunuh. Kemudian diperkirakan 1 juta pejuang Vietnam gugur dalam perang tersebut. (Nick Turse, penulis buku “Kill Anything That Moves”)
  2. Lebih dari 2,6 juta tentara AS diterjunkan dalam perang tersebut, dimana 58.000 diantaranya tewas di medan peperangan. (Kementerian Pertahanan Amerika Serikat)
  3. Pesawat militer AS menurunkan antara 5 juta hingga 7,8 juta peralatan perang selama perang Vietnam (Hasil penelitian Kongres AS tahun 2014)
  4. Jumlah amunisi yang ditembakkan per tentara selama perang Vietnam adalah 26 kali lebih banyak dibanding selama perang dunia ke-2 (Nick Turse, penulis buku “Kill Anything That Moves”)
  5. Diperkirakan ada 800.000 ton senjata atau amunisi yang tidak meledak, atau disebut juga unexploded ordnance (UXO), yang tersisa dari perang Vietnam, termasuk bom dan ranjau darat, yang tersebar di hampir 20 persen wilayah negeri itu dan 5 persen diantaranya adalah daerah/lahan subur. Rakyat Vietnam menjadi korban dari UXO ini sejak berakhirnya perang, termasuk korban meninggal yang diperkirakan mencapai 35.000 orang. (Hasil penelitian Kongres AS di tahun 2014)
  6. Biaya perang Vietnam mencapai 173 milyar US dollar, atau setara dengan 730 milyar US dollar untuk nilai dollar di tahun 2013. (Departemen Pertahanan AS)
  7. Militer AS menyemprotkan sekitar 11-12 juta galon senjata kimia, agent of orange, di hampir 10 persen wilayah Vietnam Utara sepanjang tahun 1961 hingga 1971. Sebuah penelitian ilmiah menunjukkan bahwa antara 2,1 juta jiwa hingga 4,8 juta jiwa rakyat Vietnam terkena dampak secara langsung oleh senjata kimia tersebut, yang menyebabkan kanker pernapasan dan cacat kelahiran. (Hasil penelitian Kongres AS tahun 2014)
  8. Untuk memotivasi pasukannya agar membunuh lebih banyak per orang, diadakan kompetisi antara unit/kesatuan untuk melihat yang paling banyak membunuh. Hadiah untuk pembunuh terbanyak, ditampilkan di ‘papan pengumuman’, termasuk di beri hari libur dan tambahan bir. Sementara komandan mereka akan mendapat promosi kenaikan pangkat dengan cepat. (Nick Turse, penulis buku “Kill Anything That Moves”, yang menulis untuk BBC)
  9. Setelah kekalahan militer AS di perang Vietnam, AS tidak menyerang negara lain hingga serangan militer terhadap Grenada di tahun 1983.
  10. Che Guevara, yang terinspirasi oleh perlawanan nasional rakyat Vietnam, mengeluarkan seruannya yang terkenal: “ciptakan satu, dua..banyak Vietnam,” sebagai cara untuk melemahkan kekuatan militer AS.
Diterjemahkan dari: teleSUR / mh-LB

dari berbagai sumber



 Selamat Hari Natal


Kamis, 24 Desember 2015

Prabu Siliwangi

BENARKAH masyarakat adat Sunda meyakini Prabu Siliwangi sebagai sosok yang dikaitkan dengan mitos dan penuh mistik? Sampai-sampai Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengajak masyarakat untuk menyebut nama Prabu Siliwangi sebanyak tiga kali, saat melintasi Jalan Tol Cikopo- Palimanan. Mengingat jalan tol tersebut sering terjadi kecelakaan hingga berujung maut.
“Jika ingin selamat di Jalan Tol Cikopo-Palimanan, selain berhati-hati dan tidak mengendarai kendaraan di atas kecepatan maksimal, dan yang paling utama harus menyebut nama Prabu Siliwangi sebanyak tiga kali,” ungkap Dedi.
Bahkan Bupati Gianyar Provinsi Bali, Anak Agung Gede Agung Barata saat  Festival Purwakarta Gianyar di Alun-alun Purwakarta (14/3) menyebut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebagai Prabu Siliwangi masa kini.
Ulama kharismatik asal Jawa Barat, KH Muhammad Husni Thamrin, menepis anggapan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang beragama Hindu. Sebagai orang Sunda yang tahu sejarah Jawa Barat, Kiai Husni Thamrin menegaskan Prabu Siliwangi menikah dengan Nyi Subang Larang, saksinya adalah ulama besar Syekh Quro yang makamnya di Karawang.
“Dari hasil pernikahannya, pasangan Prabu Siliwangi dan Nyi Subang Larang itu dikaruniai dua orang anak, yang bernama Kiansantang dan Rara Santang. Rara Santang kemudian menikah dengan Syarif Hidayatullah yang dikenal Sunan Gunung Jati. Karena itu, pendapat yang mengatakan, mereka keturunan Hindu itu sangat keliru,” ungkap Kiai Husni Thamrin di hadapan masyarakat Purwakarta dan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab, Sabtu (19/12) lalu.
Menurut Pimpinan Majelis Al Ihya Bogor ini, orang Sunda di Purwakarta harus angkat bicara, untuk menegaskan bahwa mereka orang Islam. Ia berpesan umat Islam Purwakarta agar tidak diam. Purwakarta harus dipelihara akidah dan iman Islamnya, sebagaima identitas Purwakarta sebagai kota Santri. Purwakarta, menurutnya, harus menjadi benteng ahlusunnah wal jamaah.
“Lihat keadaan sekeliling kita saat ini, kita harus cintai Islam, kita peluk Islam dengan erat, tetapi Islam abangan, Islam kejawen, Islam budi luhur, itu harus dihilangkan,” jelasnya.
Hal senada juga dikatakan ulama asal Banten, KH Fachrurrozi yang mengaku sebagai keturunan dari Raja Padjajaran Prabu Siliwangi ke-21 dari Nyi Mas Ratu Rara Santang.
“Dahulu keluarga saya, nenek moyang saya, Kian Santang dengan orang tuanya Prabu Siliwangi berjuang supaya masyarakat pada masuk Islam,” ujar Kyai Fachrurrozi, dalam aksi yang digelar di Gedung Sate Bandung sebelumnya (7/12).
Dikatakan KH Fachrurrozi, Dedi Mulyadi ingin menyesatkan saudara-saudara muslim di Purwakarta, dengan mencatut nama Prabu Siliwangi. Dedi mengatakan, jika ingin selamat saat melewati jalan tol Cipali harus menyebut nama Prabu Siliwangi sebanyak tiga kali.
Mitos Prabu Siliwangi
Siapakah sebenarnya Prabu Siliwangi yang diyakini masyarakat Sunda selama ini? Kisah Prabu Siliwangi sangat dikenal dalam sejarah Sunda sebagai Raja Padjajaran.
Salah satu naskah kuno yang menjelaskan tentang perjalanan Prabu Siliwangi adalah kitab Suwasit. Kitab tersebut menceritakan perjalanan Prabu Siliwangi dimulai dari ayahnya, Prabu Anggararang, Raja Kerajaan Gajah.
Setelah Prabu Anggararang merasa puteranya layak memangku jabatan raja, akhirnya kerajaan diserahkan kepada Pangeran Pamanah Rasa (sebelum bergelar Siliwangi).
Mengenai nama Siliwangi, dijelaskan bahwa nama tersebut adalah gelar setelah Pangeran Pamanah Rasa masuk Islam sebagai salah satu syarat mempersunting murid Syaikh Quro, yakni Nyi Ratu Subanglarang.
Dari isteri ketiga ini, kemudian melahirkan Kian Santang yang bergelar Pangeran Cakrabuana di Cirebon dan Rara Santang, ibunda Sunan Gunung Jati.
Bersamaan dengan luasnya wilayah Gajah, kemudian Prabu Siliwangi menciptakan senjata Kujang, berbentuk melengkung dengan ukiran harimau di tangkainya.
Senjata tersebut kemudian menjadi lambang Jawa Barat. Nama kerajaan Gajah pun diganti menjadi kerajaan Padjajaran. Ihwal nama itu dimaksudkan untuk menjajarkan (menggabung) kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau Putih.
Kisah dalam Kitab Suwasit diakhiri dengan mokhsa (menghilang) dan dipindahkannya kerajaan Pajajaran ke alam Gaib bersama Harimau Putih.
Pada kitab yang sudah diterbitkan oleh Jelajah Nusa, dikisahkan setelah menjadi kerajaan Gajah, Pangeran Pamanah Rasa melakukan pengembaraan hingga di sebuah hutan di wilayah Majalengka.
Ketika hendak meminum air dari curug (air terjun), Pangeran Pamanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih sehingga terjadi pertarungan hebat hingga setengah hari. Namun oleh Pangeran Pamanah Rasa, siluman Harimau itu bisa dikalahkan dan tunduk padanya.
Kitab yang diterbitkan dengan sambutan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan itu kemudian mengisahkan bahwa Harimau Putih berubah wujud menjadi manusia untuk mendampingi pengembaraan Pangeran Pamanah Rasa hingga menaklukkan kerajaan Galuh dengan bantuan Harimauu Putih. Bahkan disebutkan, ketika terjadi penyerangan oleh kerajaan Mongol (mungkin masa Kubilai Khan), kerajaan Gajah dibantu pasukan Harimau Putih.
Tentunya, meskipun kental dengan unsur mitos, kitab tersebut merupakan sumber sejarah yang sangat penting. Hilangnya Prabu Siliwangi beserta kerajaannya sampai saat ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sehingga banyak beredar cerita-cerita Moksanya Prabu Siliwangi.
Yaya Suryadarma, seorang Muslim bersuku Sunda yang juga Ketua Jaringan Jurnalis Indonesia (JJI) mengaku cerita sejarah yang mengisahkan Prabu Siliwangi telah bercampur dengan mitos.
“Saya sebagai orang Sunda yang Muslim menganggap kisah Prabu Siliwangi ada unsur takhayul atau mitosnya. Legenda tetap legenda. Namun, harus diakui, mitos itu seolah menjadi lumrah bagi masyarakat Sunda. Tentu, antara sejarah yang ilmiah dan mitos harus dipisahkan,” terangnya.
Yang pasti, Yaya sebagai Muslim, tidak menyakini atau pun memohon pada kekuatan lain seperti Prabu Siliwangi, selain kepada Allah SWT.
“Hanya kepada Allah, tempat saya berlindung, meminta dan mohon keselamatan. Bukan  kepada Prabu Siliwangi,” ujar dia. [Desastian/Islampos]
Sumber:Islampos

Dengan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW
Kita Tiru Akhlak Beliau

Selasa, 22 Desember 2015

My Mom My Hero

                    
                       Selamat Hari Ibu 

            We Love U So Much Forever

Rabu, 09 Desember 2015