Jumat, 27 Juni 2014

Ramadhan Ya Ramadhan

Tidak terasa Ramadhan sudah kembali datang menjenguk kita.Bulan pahala itu seakan tiada bosan datang menghampiri kita di setiap tahunnya.Entah kita yang lalai atau  sekedar pura-pura lupa atau memang lupa beneran????Yang jelas Ramadhan pasti datang.
Seribu wajah bahagia terbersit dari kaum muslimin menyambut bulan Ramadhan  penuh dengan suka cita dan seribu wajah tak bahagia lainnya juga ikut mewarnai di setiap kehadiran Ramadhan.Susah hati karena belum ada gambaran untuk membeli pakaian baru anak-anaknya dan keluarganya,belum lagi memikirkan beban harian yang sudah pasti akan semakin meningkat karena gaya hidup kita di setiap Ramadhan semakin menjadi konsumtif.Terkadang di bulan Ramadhan ibarat pribahasa besar pasak daripada tiang.
Belum lagi orang-orang pinter disana berdebat pendapat tentang kapan mulainya 1 Ramadhan.Debat yang tidak pernah berkseudahan di setiap tahunnya.Berlindung di balik khilafiyah akhirnya mengambil kesimpulannya masing.masing.Dari pendapat-pendapat yang tidak bertitik temu itu kini kian melebar.Saudara-saudari muslim kita An Nadzir di Gowa Sulawesi Selatan dan juga An Nahsyabandiyah di Padang mengambil iztihadnya sendiri menentukan 1 Ramadhan sudah beberapa tahun berbeda denga NU dan Muhammadiyah.Bukan tidak mungkin sepuluh tahun ke depan atau dua puluh tahun ke depan muslim di Papua,Sulawesi,NTT,Jawa,Sumatera dan wilayah Indonesia lainnya akan berbeda dalam penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal.Logikanya sederhana saja kalau NU dan Muhammadiyah boleh beriztihad sendiri mengapa kami tidak bisa?An Nadzir dan An Nahsyabandiyah sudah menjadi bukti nyata menuju ke arah sana.
Kasus Ahmadiyah mestinya menjadi pelajaran bagi kita.Kalo penyakit koreng kita kata dokter dapat disembuhkan dengan salep lalu mengapa kita diamkan saja menunggu sampai kaki kita diamputasi?Ahmadiyah datang ke Indonesia tidak dengan serta merta atau sekonyong-konyong,tetapi melalui proses yang panjang sama seperti ormas-ormas keagamaan lainnya.MUI dengan Fatwa sesatnya untuk aliran Ahmadiyah sama seperti orang yang mencabut pohon ketika sudah besar.Lalu mengapa pohon itu tidak kita cabut ketika masih kecambah?Mengapa kita bersembunyi di balik khilafiyah????
Ketegasan Pemerintah sebagai Umaroh dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk mencari titik temu itu.Walau bagai mengurai benang kusut dengan kesungguhan hati kita yakin ada jalan keluarnya.Kumpulkan seluruh ormas Islam dari sabang sampaiu merauke.duduk bersama urun rempug.Jangan pulang sebelum dapat satu keputusan bersama seberapa lamapun musyawarah itu.Bukankiah Rasulallah SAW disamp[ing sebagai pemimpin agama juga sebagai seorang kepala pemerintahan?Buatlah perubahan ketika kita masih punya kekuasaan,karena selepas itu kita bukan siapa-siapa lagi.
Indonesia memang bukan negara Islam.Tetapi Sila pertama Pancasila adalah"Ketuhanan yang Maha Esa."Negara berkewajiban mengatur Ketuhanan masyarakat Indonesia.Tentu dalam hal ini adalah melalui  Departemen Agama.
Menurut kami penetapan 1 Ramadhan yang berbeda-beda bukanlah khilafiyah melainkan sebuah ketololan.Sungguh ironi kita yang hidup satu rumah berbeda awal Ramadhan hanya gara-gara kita berbeda ormas.
Semoga 1 Ramadhan tahun ini akan bisa bareng {meski kami tidak yakin}.Amin !