Retorika antara Amerika Serikat dan Korea Utara makin memanas dan
menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang. Jika perang dengan
Korut benar-benar terjadi, maka dampaknya akan dirasakan seluruh dunia,
menimbulkan kekacauan luas dan korban yang besar.
Purnawirawan Angkatan Udara Amerika Serikat, Brigadir Jenderal Rob Givens mengatakan bahwa hanya ada satu cara untuk mengakhiri perang tersebut. "Dengan kekalahan Korut -- namun berapa harganya," cetus Givens dalam wawancara dengan media Los Angeles Times seperti dilansir kantor berita News.com.au, Selasa (26/9/2017).
Dikatakannya, sekitar 20 ribu orang akan tewas setiap hari jika terjadi perang dengan Korut. Angka itu bahkan sebelum senjata nuklir digunakan.
Dikatakannya, pasukan AS dan Korea Selatan (Korsel) di zona demiliterisasi (DMZ) juga bisa menjadi target serangan Korut, sementara jutaan warga Seoul, Korsel pun bisa ikut terdampak perang.
Menurut pegiat perlucutan nuklir PBB, John Hallam, prospek terjadinya perang tersebut kini semakin besar. Selain Korut, Seoul juga bisa hancur total jika perang terjadi.
"Satu kemungkinan, yang tingkat probabilitasnya saya nilai cukup tinggi, adalah bahwa AS berhasil dalam serangan pertama yang membuat seluruh kekuatan nuklir dan konvensional DPRK (singkatan nama resmi Korut) tak bisa dioperasikan dalam waktu sangat singkat, katakanlah 24-48 jam," tuturnya.
"Yang lebih mungkin lagi adalah DPRK akan melakukan bombardir masiv atas Seoul," katanya. "Dia (Korut) punya ribuan artileri persis di perbatasan, dan jumlah korban untuk ini, saya lihat angkanya akan berkisar mulai 100 ribu hingga sejuta. Bagaimanapun, meski tanpa nuklir pun itu akan menghancurkan," imbuhnya.
Profesor Studi Intelijen dan Keamanan Internasional, John Blaxland bahkan mengingatkan bahwa krisis ini bisa berkembang cepat. Menurutnya, perang retorika panas telah membuat konfrontasi militer semakin mungkin terjadi.
"Risiko perang kini terlihat lebih besar dari sebelumnya," katanya.
Sumber: detik.com
Purnawirawan Angkatan Udara Amerika Serikat, Brigadir Jenderal Rob Givens mengatakan bahwa hanya ada satu cara untuk mengakhiri perang tersebut. "Dengan kekalahan Korut -- namun berapa harganya," cetus Givens dalam wawancara dengan media Los Angeles Times seperti dilansir kantor berita News.com.au, Selasa (26/9/2017).
Dikatakannya, sekitar 20 ribu orang akan tewas setiap hari jika terjadi perang dengan Korut. Angka itu bahkan sebelum senjata nuklir digunakan.
Dikatakannya, pasukan AS dan Korea Selatan (Korsel) di zona demiliterisasi (DMZ) juga bisa menjadi target serangan Korut, sementara jutaan warga Seoul, Korsel pun bisa ikut terdampak perang.
Menurut pegiat perlucutan nuklir PBB, John Hallam, prospek terjadinya perang tersebut kini semakin besar. Selain Korut, Seoul juga bisa hancur total jika perang terjadi.
"Satu kemungkinan, yang tingkat probabilitasnya saya nilai cukup tinggi, adalah bahwa AS berhasil dalam serangan pertama yang membuat seluruh kekuatan nuklir dan konvensional DPRK (singkatan nama resmi Korut) tak bisa dioperasikan dalam waktu sangat singkat, katakanlah 24-48 jam," tuturnya.
"Yang lebih mungkin lagi adalah DPRK akan melakukan bombardir masiv atas Seoul," katanya. "Dia (Korut) punya ribuan artileri persis di perbatasan, dan jumlah korban untuk ini, saya lihat angkanya akan berkisar mulai 100 ribu hingga sejuta. Bagaimanapun, meski tanpa nuklir pun itu akan menghancurkan," imbuhnya.
Profesor Studi Intelijen dan Keamanan Internasional, John Blaxland bahkan mengingatkan bahwa krisis ini bisa berkembang cepat. Menurutnya, perang retorika panas telah membuat konfrontasi militer semakin mungkin terjadi.
"Risiko perang kini terlihat lebih besar dari sebelumnya," katanya.
Sumber: detik.com